Draymond Green Kecewa Dengan Peforma GSW. Malam Jumat di Chase Center, 8 November 2025, menjadi momen refleksi pahit bagi Draymond Green setelah Golden State Warriors kalah tipis 108-112 dari Atlanta Hawks di pekan ke-11 musim NBA 2025/2026. Forward veteran berusia 35 tahun ini tak henti-hentinya ungkapkan kekecewaan mendalam atas performa tim, terutama di lini pertahanan yang bolong sepanjang laga. Dengan rekor Warriors kini 7-5, tertinggal tiga laga dari puncak Wilayah Barat, Green jadi suara kritis internal: “Kami main seperti tim yang lupa identitasnya—soft dan bodoh di defense.” Ini bukan ledakan emosi biasa; Green, empat kali juara dan DPOY 2017, akui kegagalan pribadi dan tim di podcast pribadinya pagi Sabtu. Di tengah sorak 18 ribu penonton yang campur frustrasi, kekecewaannya ini jadi panggilan bangun: Warriors lagi goyah usai start kuat, dan Green tak mau timnya jadi penonton playoff lagi. Musim panjang ini, suaranya bisa jadi katalisator—atau bom waktu jika tak diatasi. REVIEW KOMIK
Kekecewaan atas Lini Pertahanan yang Rapuh: Draymond Green Kecewa Dengan Peforma GSW
Draymond Green paling kecewa dengan lini pertahanan Warriors yang bocor seperti keranjang, sesuatu yang ia sebut “kegagalan terbesar saya musim ini.” Di laga lawan Hawks, tim kebobolan 112 poin—tertinggi musim ini—dengan Trae Young bebas cetak 28 poin dari 12 tembakan, manfaatkan switch defense yang lambat. Green, yang main 28 menit, catat cuma satu steal dan blok, tapi akui pasca-laga: “Saya gagal atur rotasi, kami biarkan lawan drive mudah—itu bukan Warriors yang saya kenal.” Statistik pilu: Warriors ranking 18 liga di points allowed (110,5 per laga), kontras juara 2022 yang cuma 104.
Ini akar masalah: sejak Klay Thompson pindah, beban defense jatuh ke Green dan Andrew Wiggins, tapi usia dan cedera bikin mereka kurang lincah. Green, yang dulu anchor elite, kini turnover naik jadi 2,1 per laga karena over-helping. Di podcast Sabtu pagi, ia bilang: “Kami main soft, seperti tak lapar lagi—saya yang harus dorong, tapi saya gagal.” Pelatih Steve Kerr setuju: “Draymond benar, kami kehilangan identitas gritty.” Kekecewaan ini tak cuma kata; Green tambah latihan defense pagi, fokus drill switch untuk tingkatkan komunikasi. Tapi tanpa perubahan cepat, Warriors berisiko ulang musim lalu—play-in struggle yang bikin Green gelisah.
Performa Pribadi Green yang Mulai Menurun: Draymond Green Kecewa Dengan Peforma GSW
Kekecewaan Green juga datang dari performa pribadinya yang tak lagi dominan, sesuatu yang ia akui sebagai “beban terberat.” Musim ini, ia rata-rata 8 poin, 6 rebound, dan 5 assist dari 12 laga—turun dari 9,5 poin musim lalu—dengan shooting 42 persen yang bikin frustrasi. Di laga Hawks, ia foul out di kuarter keempat karena pelanggaran ceroboh lawan Dejounte Murray, biarkan Warriors tertinggal 8 poin akhir. “Saya main bodoh, energi saya habis karena marah sama diri sendiri,” katanya di sideline interview.
Ini kontras era prime: empat All-Defensive, tapi usia 35 bawa tantangan—cedera bahu ringan Oktober lalu batasi menitnya jadi 24 per laga. Green kecewa karena tak lagi “pemimpin vokal” seperti 2016; ia sering protes wasit (sudah tiga technical foul), tapi akui itu distraksi. Di podcast, ia cerita: “Saya lihat Curry angkat tim sendirian, saya harus lebih baik—tapi badan bilang lain.” Rekan seperti Wiggins dukung: “Draymond tetap jantung kami, ia cuma butuh ritme.” Tapi kekecewaan ini positif: Green rencanakan load management, kurangi menit jadi 22, tambah yoga untuk mobilitas. Ini ujian veteran: dari enforcer jadi strategist, atau timnya tenggelam lebih dalam.
Dampak Kekecewaan ke Klasemen dan Masa Depan Warriors
Kekecewaan Green punya efek riak ke klasemen Warriors: dari start 5-1 jadi 7-5, kalah tiga laga beruntun akhir pekan lalu, termasuk tipis lawan Clippers. Tanpa defense solid, tim bergantung Curry (28 poin rata-rata), tapi bench bocor—kehilangan 15 poin per laga saat Green off. Kerr bilang: “Draymond’s voice penting, kekecewaannya dorong kami evaluasi.” Dampaknya? Manajemen rencanakan trade deadline Januari untuk tambah wing defender, mungkin target OG Anunoby jika Knicks lepas.
Masa depan? Green, dengan kontrak satu tahun tersisa (27 juta), lihat ini sebagai “last dance”—ia bilang di podcast: “Jika tak bangkit, mungkin saatnya pensiun.” Tapi optimis: “Kami punya Curry, Podziemski muda—saya mau bantu satu ring lagi.” Penggemar Chase Center beri chant dukungan Jumat, tunjukkan loyalitas. Kekecewaan ini bisa jadi turning point: seperti 2016 setelah 73-win gagal, Warriors bangkit juara. Tapi jika tak diatasi, posisi play-in lagi jadi kenyataan pahit. Green siap pimpin: tambah sesi tim meeting untuk bangun mental gritty.
Kesimpulan
Draymond Green kecewa dengan performa Warriors adalah panggilan darurat di tengah musim yang goyah: dari defense rapuh, performa pribadi menurun, hingga dampak klasemen yang mengkhawatirkan. Tapi suaranya—vokal, jujur—bisa jadi obat: dorong evaluasi dan adaptasi untuk Warriors yang haus gelar lagi. Di NBA brutal ini, veteran seperti Green tak cuma main, tapi pimpin—dan kekecewaannya janjikan comeback, bukan akhir. Chase Center nunggu api lama menyala; dengan Curry di sisi, mimpi ring kelima terasa mungkin. Musim panjang, tapi Green sudah angkat tangan—siap perang lagi.