Donovan Mitchell Kesal Usai Kalah dari Cavs. Donovan Mitchell, bintang utama timnya yang berusia 29 tahun, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya setelah kekalahan memalukan 119-111 di overtime melawan Charlotte Hornets pada 14 Desember 2025. Mitchell, yang hanya mencetak 17 poin dengan akurasi buruk 6 dari 24 tembakan, secara terbuka membenarkan boo dari pendukung kandang dan bahkan mengatakan “saya juga akan boo kami”. Kekalahan ini jadi puncak dari tren negatif, dengan tim mengalami enam kekalahan dalam sembilan laga terakhir, membuat posisi mereka melorot ke peringkat tujuh konferensi timur. Pernyataan Mitchell pasca-laga mencerminkan frustrasi mendalam atas inkonsistensi tim musim ini. TIPS MASAK
Jalannya Laga yang Berakhir Tragis: Donovan Mitchell Kesal Usai Kalah dari Cavs
Pertandingan kandang berlangsung penuh gejolak, dengan tim tuan rumah sempat bangkit di kuarter keempat untuk memaksakan overtime. Darius Garland mencatat 26 poin sebagai pencetak gol terbanyak tim, tapi dukungan lain kurang maksimal. Mitchell melewatkan jumper potensial pemenang di akhir regulation, dan yang lebih memalukan, tim gagal mencetak satu poin pun di overtime—pertama kalinya dalam satu dekade sebuah tim dibuat scoreless di periode tambahan. Lawan, yang datang dengan rekor buruk, memanfaatkan lapse konsentrasi dan pertahanan rapuh untuk mencuri kemenangan. Boo pendukung mulai terdengar di menit-menit akhir, mencerminkan kekecewaan atas performa yang jauh dari ekspektasi.
Tanggapan Mitchell yang Brutal Jujur: Donovan Mitchell Kesal Usai Kalah dari Cavs
Mitchell tak ragu mengambil tanggung jawab penuh atas kekalahan. Ia menyebut malam itu sebagai “malam buruk yang tidak boleh saya miliki” dan menegaskan “jika saya bermain lebih baik, kami menang”. Meski baru cetak 48 poin di laga sebelumnya, Mitchell tolak alasan apa pun, termasuk cedera yang menimpa tim. Saat ditanya soal boo pendukung, ia bilang “kami pantas dapat itu” dan “saya pernah jadi fans, saya juga akan boo kami”. Sikap ini tunjukkan kematangan sekaligus kemarahan, karena tim terlalu bergantung padanya saat performa individunya menurun. Mitchell tekankan kota ini pantas dapat yang lebih baik, dan tim harus cari solusi bersama tanpa mencari pembenaran.
Dampak Cedera dan Krisis Tim
Cedera jadi faktor pendukung masalah, dengan Evan Mobley absen hingga sebulan karena strain betis, dan pemain lain seperti Jarrett Allen baru kembali. Namun, Mitchell tegaskan mayoritas kesalahan ada pada eksekusi dan mental, bukan cedera semata. Tim sering mulai lambat, baru surge di akhir, dan gagal saat Mitchell tak on fire. Kekalahan dari tim bawah seperti Hornets ini jadi yang keenam dalam sembilan laga, buat rekor jadi 15-12 dan posisi melorot. Dengan hampir 30 laga berlalu, waktu untuk perbaikan semakin sempit, dan pertanyaan soal komposisi skuad mulai muncul. Mitchell soroti perlunya unity di ruang ganti untuk keluar dari situasi “gelap” ini.
Kesimpulan
Kekecewaan Donovan Mitchell usai kalah dari Hornets jadi cermin krisis yang sedang melanda timnya. Dari boo pendukung yang dibenarkan hingga pengakuan brutal atas performa jelek, ini alarm keras bahwa perubahan mendesak diperlukan. Mitchell tetap jadi harapan utama dengan leadership-nya, tapi tim butuh kontribusi merata untuk bangkit. Di musim yang masih panjang, momen ini bisa jadi titik balik jika dijadikan motivasi kolektif. Penggemar pantas kecewa, tapi kesatuan dan fokus bisa ubah arah. Mitchell sudah tunjukkan contoh, kini giliran tim ikuti untuk selamatkan musim yang mulai goyah ini.